Saya sengaja memilih topik tentang
Stop Loss, karena banyak temen-temen
trader, terutama trader pemula (
newbie) yang “kapok” menggunakan fasilitas
Stop Loss 
Kebanyakan menganggap bahwa
Stop Loss itu “mempercepat” kerugian dan menganggapnya sebagai biang keladi atas hasil negatif dari
open position yang diambil sehingga modal tergerus sedikit demi sedikit . Dengan alasan itulah, banyak yang akhirnya nekad ber
trading tanpa
Stop Loss.
Saya bilang "nekad" karena
Stop Loss ini sebenarnya berfungsi seperti halnya rem bagi yang belajar naik sepeda. Bayangkan kalau orang belajar naik sepeda tanpa rem, ya... babak belurlah jadinya...
Trading tanpa
Stop Loss
memang sekilas terlihat menggoda, karena kita merasa tidak pernah
“salah posisi”. Memang secara umum harga biasanya bergerak naik-turun
pada
range tertentu, jadi ada kalanya memang setelah
floating minus akhirnya kita dapet
profit juga. Pada akhirnya banyak temen-temen
newbie yang berpikir: weh, berarti aman doong... biarin aja posisi ter
floating, ntar juga akhirnya
profit juga...
Eits,
tunggu dulu... ada saat tertentu ketika harga kembali pada posisi
semula setelah goyang cukup jauh. Memangnya mau, untuk mendapatkan plus 5
pips, sebelumnya
floating minus 300
pips dulu? Hehehe… Itu juga kalau masih ada “nasib baik”...

bisa jadi malah lebih duluan
Margin Call yang datang daripada
profit...
Stop Loss itu dimaksudkan untuk melindungi kita dari kerugian yang terlalu besar.
Jangan sampai kita mengalami "cuma sekali salah posisi"... Lah, kok
“cuma sekali salah posisi”? Iya... maksudnya cuma sekali salah posisi
trus langsung kena
Margin Call, alias abis modal... trus abis itu kapok dan pensiun jadi
trader…

Ok deh… anggap kita sudah sepakat bahwa
Stop Loss itu memang perlu.
Sekarang masalahnya,
berapa sih Stop Loss yang tepat? Wah, kalau untuk menentukan berapa
pointyang tepat, terus terang saya nggak sanggup...

Saya cuma bisa menyarankan untuk coba memperhatikan hal-hal berikut:
- Cobalah liat range pergerakan harian dari pair yang kita ambil. Masing-masing pair
punya sifat berbeda. Misalnya: kalau untuk EUR/USD, mungkin SL 30 point
sudah cukup, tapi kalau untuk GBP/JPY? weh, sebentar juga dah kesabet
tuh...

- Alternatif lain, kita bisa memanfaatkan titik parabolic SAR di awal trend sebagai patokan penentuan Stop Loss
- Atau, kita bisa memakai level-level pada Fibonacci Retracement sebagai patokan penentuan TP maupun SL
- Satu hal yang pasti, tetapkan SL sebesar berapa dollar "yang sanggup kita relakan" apabila kita salah posisi
Apa yang saya sarankan di atas itu cuma contoh...

masing-masing
trader berhak mementukan “nasib”nya sendiri...

Semuanya tergantung dari
trading plan dan indikator yang digunakan masing-masing
trader
Oya, ada satu hal lagi yang perlu dipahami sehubungan dengan
Stop Loss. Besaran
range SL akan berpengaruh pada derajat keyakinan kita akan keberhasilan pencapaian TP. Maksudnya? Begini... saya langsung kasih contoh ya... Misal hasil analisis kita menyatakan GBP/JPY akan naik sebanyak 50
point. Ok, kita tetapkan TP sebesar 50
point. Terus, bagaimana dengan SLnya? Apabila kita menentukan SL sebesar 30
point,
maka derajat keyakinan kita akan tercapainya TP cuma sekitar misal 40%,
alias nggak terlalu yakin TP bakal tercapai. Nah, kalau SL kita tambah
menjadi sebesar 50
point, derajat keyakinan naik menjadi misal 50% atau
fifty-fifty lah antara TP atau SL yang kesentuh duluan. Nah, kalau SL kita ditambah lagi, menjadi misalnya 150
point,
maka derajat keyakinan kita naik lagi menjadi 100% atau kita yakin 100%
bahwa TP akan tercapai karena SLnya cukup jauh untuk kesentuh duluan.
Jadi
semakin lebar range SL, semakin tinggi derajat keyakinan kita bahwa TP akan tercapai 
Itulah mengapa, banyak
trader terpancing untuk melakukan
Open Position tanpa SL . Ya iyalah..., "pasti" tercapai TP, lah
floating negatif sampai ratusan
pips juga “dipelihara” dengan TP cuma 5
pips... hehehe… Satu-satunya batasan
floating negatif ya cuma
available margin...

Saya sering bercanda dengan menjuluki
trader semacam ini sebagai
trader penganut keyakinan
Stop Loss = Margin Call 
Yah, sebenarnya ini hak masing-masing
trader sih... cuma, terus terang, saya sedih melihat banyak temen-temen
trader yang berguguran karena kena MC gara-gara
trading tanpa SL ini

Saran saya,
lebih baik kita segera tahu bahwa kita salah posisi dan cepet-cepet memperbaikinya. Biasanya, kalau sudah terlanjur ter
floating minus banyak pips, kita cenderung tidak tega untuk melakukan
Cut Loss... malahan pasrah nunggu datangnya
Margin Call sambil berharap-harap cemas harga berbalik arah... hehehe… Yakin deh… yang kayak gini nggak enak banget loh…
Seputar Forex
1 komentar:
Betul, terkadang SL ini sering diartikan untuk mempercepat kerugian di forex, padahdal SL ini bisa dimanfaatkan untuk meminimalisir kerugian. Biasanya SL yang cepat tersentuh itu karena pemasangannya asal. Dan biasanya juga saya sendiri menggunakan TP juga, cuma SL TP ini saya gunakan saat menahan posisi cukup lama, kalau scalping ya tidak. Kalau tidak mau menggunakan SL, harus siap cut loss juga, dan ini sangat membutuhkan psikologi trading yang baik. Saya sendiri pernah mencobanya juga, alhasil akun saya di OctaFx malah kena MC.
Posting Komentar