Kamis, 30 Mei 2013

Strategi Agar Perbankan Nasional Tidak diganyang oleh Pesaing di ASEAN

Dua tahun lagi Indonesia harus siap untuk masuk ke pasar bebas ASEAN non perbankan 2015, disusul liberalisasi perbankan pada 2020. Namun, banyak kendala yang harus dihadapi dunia perbankan Tanah Air.
Khususnya, fakta bahwa bunga kredit perbankan nasional sangat tinggi, rata-rata di atas 10 persen. Jauh melampaui negara tetangga di Asia Tenggara yang rata-rata 5 persen.
Hal itu kerap menyulitkan masyarakat yang ingin memulai usaha atau mengangsur rumah. Bahkan, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menilai ada potensi kartelisasi perbankan sehingga bunga kredit tak pernah turun.
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sampai menyerukan agar Bank Indonesia (BI) bisa mendorong tingkat bunga kredit nasional turun. Sebab bank pesaing di ASEAN bisa mengambil peluang dan merongrong ekstensi bank nasional, misalnya UOB dari Singapura, atau CIMB dari Malaysia.
Ditambah lagi, pada 2020, liberalisasi perbankan versi Masyarakat Ekonomi ASEAN diterapkan. Nantinya, bank Thailand, Singapura, sampai Vietnam bakal leluasa membuka cabang di Tanah Air.
Pengamat perbankan Paul Sutaryono mengatakan bahwa salah satu upaya rasional agar Indonesia dapat bersaing dengan negara ASEAN lain dalam dunia perbankan adalah mengendalikan suku bunga BI Rate.
"Sebenarnya banyak faktor kendala Indonesia namun yang paling utama adalah BI harus kendalikan BI Rate karena saat ini suku bunga kredit masih tergolong tinggi," ujarnya saat dihubungimerdeka.com akhir pekan ini.
Menurutnya, upaya tersebut dapat menolong Indonesia untuk ke depannya khususnya menghadapi liberalisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 mendatang. "Bukan hanya BI Rate saja yang dikendalikan namun juga inflasi juga harus dikendalikan karena itu juga faktor utama. Belum lagi saat ini nilai tukar bergerak secara liar," kata Paul.
Di sisi lain, dia juga mengharapkan dengan dorongan penyempurnaan teknis aturan suku bunga dasar kredit (SBDK) yang dikeluarkan BI.
"Walaupun SBDK saat ini berjalan lambat namun itu bisa jadi faktor pendongkrak bagi Indonesia untuk 2015 mendatang," ungkapnya.
Sebelumnya, Kadin berharap dengan terpilihnya Agus Martowardojo sebagai Gubernur Bank Indonesia dapat menekan suku bunga perbankan di Indonesia. Suku bunga perbankan Indonesia saat ini masih tertinggi se-ASEAN.
Ketua Kadin Indonesia, Suryo Bambang Sulisto melihat, Agus Marto adalah orang yang tepat di pucuk pimpinan tertinggi bank sentral. Agus Marto diakui sebagai orang yang berpengalaman di bidang perbankan dan makro ekonomi.
"Suku bunga rendah kan meningkatkan persaingan kita. Kita harap dia (Agus Marto) bisa menurunkan suku bunga," ucap Suryo saat ditemui di Pameran IBEX, JCC, 

0 komentar:

 

Waroenk Bersama Copyright © 2011-2014 Waroenk Bersama is Designed by REDAKSI WAROENK BERSAMA for WoodMag